Bebek Peking jadi Primadona

Saat ini bebek peking menjadi primadona semenjak booming beberapa waktu lalu banyak restaurant, hotel bahkan rumah makan pinggiran berburu pada peternak-peternak lokal.

Namun sampai saat ini jumlah peternak yang mengembang-biakkan jenis unggas ini masih terbatas, selain harga bibitnya yang relatif mahal juga sulit mendapatkannya. Penulis sendiri pernah mengalami masa-masa perburuan yang melelahkan hingga akhirnya mendapatkan bibit bebek peking ini dari pedalaman daerah Temanggung - Jawa Tengah.

Bebek jenis ini konon asalnya dari negara China, oleh sebab itu oleh banyak orang disebut sebagai Bebek Peking. Di Amerika sendiri bebek ini disebut sebagai Mongo Duck (kependekan dari Mongolian Duck). Ternyata bebek ini sudah melanglang buana sampai kemana-mana, karena daging hewan ternak ini dikenal empuk, gurih dan lezat disantap.

Berkembangnya resto bebek peking dalam tahun-tahun terakhir membuka peluang dan menarik minat kalangan wirausaha untuk mengembangkannya. Tingginya permintaan akan daging bebek peking tidak sepadan dengan produksi yang bisa di supplay dari peternak lokal. Beberapa restaurant besar dan hotel papan atas justru mendatangkannya langsung dari Taiwan dan Malaysia untuk memenuhi kebutuhannya.

Melihat peluang seperti ini Penulis tertantang untuk mencoba mengembangkannya, awalnya dengan pengetahuan seadanya dan berbekal buku-buku yang mengulas tentang bebek lokal. Meskipun terlihat hampir sama, namun ternyata mengembangkan bebek peking memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi.

Sebelum mengulasnya lebih lanjut, tidak ada salahnya kita mengetahui sedikit latar belakang mengenai bebek peking ini.

Pemeliharaan bebek peking pada dasarnya hampir sama dengan bebek biasa.